Ayah, cintaku terbagi,namun utuh (6)

Bisa dibilang aku tak cukup dekat denganmu, bahkan terlampau jauh.
Kala kumasih usia Balita hingga belasan tahun, keangkeran sikap Ayah dalam mendidik dan memimpin keluarga sangat membuatku terintimidasi.
Namun kurasakan keamanan dalam perlindungan Ayah.
Saat kumenginjak kelas 6 SD, kemudian SMP, dan masuk usia SMA, kusadari intelektualitas Ayah, tercermin dari koleksi koleksi buku dialmari kaca klasik nan penuh buku berkelas, mulai sekedar DIBAWAH BENDERA REVOLUSI-nya Ir.Soekarno dan beberapa buka karya beliau lainnya sampai banyak buku-buku berkelas lainnya semacam Karl Marx, Ensiklopedi asing, buku2 filsafat, dan sejenisnya.
Buku-buku kelas berat tersebut sudah akrab kubaca saat baru mulai belajar mengeja.
Yang kuhapal adalah disetiap buku-buku itu ada tertulis nama Ayah dengan tulisan tangan khas Generasi Mahasiswa Angkatan 1960-an yang khas, dengan tanggal saat Ayah membeli / mendapatkan buku itu.
Dan aku suka dengancara ayah membuat akronim / singkatan - singkatan atas nama, tempat, tanggal, hari, dan sebagainya.
Gawasyich.....adalah kependekan dari nama ayah dan kakek, terkesan seperti nama Eropa timur.
Namaku pun ternyata adalah singkatan dari Hari, Tanggal, dan bulan kelahiranku.

Ayah, terimakasih untuk nama lucu yang kau berikan untukku.