Hai, Risma...tak terasa 8 tahun lebih sudah kau menemani kami menjelajah negeri dan mencari sesuap nasi.
Sejak tahun 2004 lalu, ketika kami sekeluarga masih ber-KTP Denpasar, BALI, dengan seorang anak ( Nanda ), kau rela menahan beban hampir 200Kg ( Aku, istri, anak plus barang bawaan ) menyusuri Pulau Bali ketika kami malas bermobil.
Berdua dengan si Gugun merah ( Suzuki Shogun 125cc berwarna merah ) kau berbagi peran untuk mengantar kami kemana kami ingin pergi.
Denpasar - Banyuwangi sudah berulang kali kau jelajahi...ribuan kilo meter telah kita tempuh bersama.
Dan yang peling bersejarah, saat Jogja dilanda musibah gempa besar tahun 2006 lalu, engkau menjadi wakil kami untuk merasakannya.
Saat gempa terjadi, kau telah lebih dulumeninggalkan Pulau Bali, menjadi penghuni kota Yogyakarta.
Sebelum gempa, kami memang sudah memiliki rencana untuk pindah dari Denpasar ke Yogyakarta, dan hanya seminggu sebelum gempa kau telah tiba duluan, sehingga saat gempa kau merasakan tertimpa reruntuhan tembok rumah. Alhamdulillah hanya sedikit lecet body dan spion yang rusak.
Disaat kau merasakan gempa, si Gugun justru sedang berwisata bersama kami menikmati keindahan Pulau Lombok. Saat itu kami berpikir, sekian tahun tinggal diDenpasar masa gak pernah keLombok?
Maka sebelum kami hijrah ke Yogyakarta, kami memutuskan untuk menyempatkan diri jalan-jalan keLombok. Jika tak menyempatkan diri, bisa jadi kelak kami takpernah menginjakkan kaki diLombok.
Kenapa kami bawa siGugun? Karena kalau bawa mobil dari Denpasar, biaya buat menyeberang dengan kapal Feri bersama mobil cukup besar, gak worthy dengan perjalanan yang hanya 2-3 hari diLombok.
Rencananya dari Denpasar hingga Kota Mataram kami akan naik motor ( naik si Gugun ) lalu sewa mobil dihotel untuk mengelilingi Pulau Lombok.
Namun ternyata prosedur sewa mobil dan harga sewa mobil diLombok gak cocok dengan kalkulasi istri ( pejabat Menteri Keuangan diKabinet Keluarga :) ) serta lalu lintas Lombok yang nyaman untuk dinikmati dengan bermotor, akhirnya siGugun kami daulat untuk mengantar kami mengunjungi Pantai Senggigi, Kute, dan Gili trawangan.
Hingga kini, puluhan ribu kilo meter jarak yang telah kita tempuh bersama, dengan berbagai misi, mulai silaturahim dengan para kroni hingga transaksi bisnis yang total nominalnya mencapai puluhan miliar rupiah, kami sekeluarga masih mengandalkan kalian, Gugun dan Risma...
Selama kami lebih cinta bersepeda dan bersepeda motor dalam aktifitas sehari-hari, kalian adalah pilihan utama kami.
Kalian hanya kami duakan saat kami harus keluar kota yang menuntut kami untuk naik mobil atau bus/kereta/pesawat.
Terimakasih Gugun, terimakasih Risma.....
Sejak tahun 2004 lalu, ketika kami sekeluarga masih ber-KTP Denpasar, BALI, dengan seorang anak ( Nanda ), kau rela menahan beban hampir 200Kg ( Aku, istri, anak plus barang bawaan ) menyusuri Pulau Bali ketika kami malas bermobil.
Berdua dengan si Gugun merah ( Suzuki Shogun 125cc berwarna merah ) kau berbagi peran untuk mengantar kami kemana kami ingin pergi.
Denpasar - Banyuwangi sudah berulang kali kau jelajahi...ribuan kilo meter telah kita tempuh bersama.
Dan yang peling bersejarah, saat Jogja dilanda musibah gempa besar tahun 2006 lalu, engkau menjadi wakil kami untuk merasakannya.
Saat gempa terjadi, kau telah lebih dulumeninggalkan Pulau Bali, menjadi penghuni kota Yogyakarta.
Sebelum gempa, kami memang sudah memiliki rencana untuk pindah dari Denpasar ke Yogyakarta, dan hanya seminggu sebelum gempa kau telah tiba duluan, sehingga saat gempa kau merasakan tertimpa reruntuhan tembok rumah. Alhamdulillah hanya sedikit lecet body dan spion yang rusak.
Disaat kau merasakan gempa, si Gugun justru sedang berwisata bersama kami menikmati keindahan Pulau Lombok. Saat itu kami berpikir, sekian tahun tinggal diDenpasar masa gak pernah keLombok?
Maka sebelum kami hijrah ke Yogyakarta, kami memutuskan untuk menyempatkan diri jalan-jalan keLombok. Jika tak menyempatkan diri, bisa jadi kelak kami takpernah menginjakkan kaki diLombok.
Kenapa kami bawa siGugun? Karena kalau bawa mobil dari Denpasar, biaya buat menyeberang dengan kapal Feri bersama mobil cukup besar, gak worthy dengan perjalanan yang hanya 2-3 hari diLombok.
Rencananya dari Denpasar hingga Kota Mataram kami akan naik motor ( naik si Gugun ) lalu sewa mobil dihotel untuk mengelilingi Pulau Lombok.
Namun ternyata prosedur sewa mobil dan harga sewa mobil diLombok gak cocok dengan kalkulasi istri ( pejabat Menteri Keuangan diKabinet Keluarga :) ) serta lalu lintas Lombok yang nyaman untuk dinikmati dengan bermotor, akhirnya siGugun kami daulat untuk mengantar kami mengunjungi Pantai Senggigi, Kute, dan Gili trawangan.
Hingga kini, puluhan ribu kilo meter jarak yang telah kita tempuh bersama, dengan berbagai misi, mulai silaturahim dengan para kroni hingga transaksi bisnis yang total nominalnya mencapai puluhan miliar rupiah, kami sekeluarga masih mengandalkan kalian, Gugun dan Risma...
Selama kami lebih cinta bersepeda dan bersepeda motor dalam aktifitas sehari-hari, kalian adalah pilihan utama kami.
Kalian hanya kami duakan saat kami harus keluar kota yang menuntut kami untuk naik mobil atau bus/kereta/pesawat.
Terimakasih Gugun, terimakasih Risma.....
Komentar
Posting Komentar